Sabtu, 14 Mei 2011

WAHYU DI GUA HIRA

Diriwayatkan dari ‘Aisyah
r.a. : mula-mula wahyu Allah
SWT diturunkan kepada
Rasulullah SAW dalam bentuk
mimpi-mimpi yang
kebenarannya seterang
cahaya siang hari, lalu
kecintaan ber-khalwat
(mengasingkan diri)
dilimpahkan Allah SWT
kepadanya. Ia pergi
berkhalwat di gua Hira tempat
iaberibadah kepada Allah
SWT terus menerus selama
beberapa malam sebelum
kembali (atau ia ingin
berjumpa dengan)
keluarganya. Ia membawa
bekal makanan untuk
persediaan dan pulang
menemui Khadijah (istrinya)
untuk mengambil lagi bekal
makanan hingga wahyu secara
tiba-tibaditurunkan
kepadanya pada saat ia masih
berada di gua itu. Malaikat
datang menemuinya dan
menyuruhnya untuk
membaca. Nabi Saw.
Menjawab, “aku tidak bisa
membaca.” Nabi Saw.
Meneruskan, “kemudian
malaikat itu memelukku
(dengan kuat) dan menekanku
begitu keras hingga aku tidak
bisa bernapas. Kemudian ia
melepaskan aku dan
menyuruh membaca, namun
kembali kujawab,”aku tidak
bisa membaca” lalu untuk
ketiga kalinya ia menangkap
aku dan memelukku dengan
kuat, dan kemudian
melepaskan pelukannya dan
berkata, “Bacalah dengan
nama Tuhanmu yang
menciptakan. Menciptakan
manusia dari segumpal darah.
Bacalah! Tuhanmu lah yang
Maha Pemurah” (QS. Al Alaq
{96}: 1-3). Kemudian
Rasulullah SAW pulang
membawa wahyu itu dengan
hati yang gundah. Setelah itu
Nabi Saw. Pergi menemui
Khadijah binti Khuwailid r.a.
dan berkata,”selimuti aku!,
selimuti aku!” dia menutupi
tubuhnya dengan selimut
hingga rasa takutnya hilang
dan setelah itu menceritakan
kepada Khadijah apa yang
telah terjadi (lalu
berkata),”aku takut sesuatu
akan terjadi padaku.”
Khadijah menjawab,”Tak
pernah! Demi Allah, Allah
tidak akan pernah
memberimu aib. Kau berbuat
baik terhadap sahabat dan
kerabat, menolong orang
miskin dan papa, memuliakan
tamumu dan memberikan
bantuan kepada orang-orang
yang ditimpa kemalangan.”
kemudian Khadijah
mempertemukan Nabi Saw.
Dengan sepupunya, Waraqah
bin Naufal bin Abd’ Al ‘Uzza,
yang pada masa jahiliyah
menjadi pengikut Nasrani dan
menulis (Kitab Injil) dengan
bahasa Ibrani. Ia menulis Injil
dalam bahasa Ibrani sebanyak
yang diinginkan Allah. Ia telah
uzur dan matanya telah buta.
Khadijah berkata kepadanya,
“sepupuku dengarkanlah
cerita kemenakan laki-lakimu
ini.” Waraqah bertanya,
“Kemenakanku apa yang
telah kau lihat”, Rasulullah
SAW pun menjelaskan apa
yang telah dilihatnya. Setelah
mendengan cerita Nabi Saw.
Waraqah berkata, “Ia adalah
malaikat yang sama (yaitu
Jibril) yang diutus Allah
kepada Musa. Seandainya aku
masih muda dan hidup hingga
datangnya masa ketika
kaummu mengusirmu.”
Rasulullah SAW bertanya,
“apakah mereka akan
mengusirku?” ia menjawab
dengan tegas,”setiap orang
(laki-laki) yang datang dengan
sesuatu yang kau bawa, pasti
dia akan dimusuhi; dan
seandainya aku hidup hingga
datangnya hari itu (ketika kau
diusir) niscaya aku akan
membelamu dengan seluruh
kemampuanku”. Tetapi selang
beberapa hari Waraqah
meninggal dunia dan wahyu
Illahi berhenti sementara
waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar